*Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda*

Untuk Putriku Tercinta

Posted by Wida Awanda on 16.05 with No comments
Oleh: Fitroh Dwi Nugroho*

Pagi nan cerah disebuah perkampungan indah dan ramah, dengan hati riang datanglah Lilis sambil memanggil-manggil ibunya. “ Ibu….ibu…ibu….!!! lihat bu apa yang aku bawa” ucap Lilis sambil membawa amplop putih yang berisi pemberitahuan kelulusan siswa SMAN 1 Mekar Indah. Ibu yang sedang masak di dapurpun kaget mendengan putrinya berteriak-teriak, “ Ada apa to nak..??? ibu sampe kaget….!! “ Sini bu tak kasih tau sesuatu” sambut Lilis dengan riang. Apa to nak..??? Tanya ibu yang masih kaget dan kebingungan. “ Lihat bu aku LULUS....!!! Alhamdulillah….. kamu lulus..” ucap ibu dengan wajah yang berseri-seri dan memeluk putrinya erat. “ syukur lah nak, ibu sangat senang melihat kamu lulus sekolah” ujar ibu sambil menatap wajah putrinya itu. “Iya bu Lilis juga seneng banget…” Bu sekarangkan aku sudah lulus, aku pengen nerusin kuliah bu” ujar Lilis pada ibu. “ kamu mau nerusin kuliah nak…?? Lilispun menjawabnya dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum manis pada ibu. “Ibu sih seneng kalo kamu punya cita-cita tinggi, iya nanti ibu akan usahakan dulu supaya kamu bisa melanjutkan kuliah” jawab ibu dengan nada lirih, sambil memikirkan dari mana dapat biaya untuk kuliah putrinya itu. Karena selama ini ibu Suratmi hidup seorang diri untuk membesarkan anaknya, seorang pendamping hidupnya sekaligus pahlawan hidup nya telah lama meningga ldunia. 

dikala Lilis masih duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Sekarang bu Suratmi menjadi penjahit pakaian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membiayai putrinya sekolah. “ Pokoknya aku pengen kuliah Bu..!! cetus Lilis pada ibu yang sedang melamun sambil memegang potongan kain yang belum selesai dijahit. “ Iya naak… ibu akan usahakan itu, kamu yang sabar dulu ya…” ucap ibu dengan mengelus kepala putrinya. “ Tapi aku pengen capat bu….!!! Kembali jawab Lilis dengan nada tinggi. “ Ya Allah naaak… iya insya Allah Ibu usahakan, kamu sabar dulu ya sayang..” kembali ibu berucap dengan nada halusnya, sambil seketika terbatuk-batuk, karena bu Suratmi telah lama menderita batuk-batuk, mungkin karena beliau juga usianya sudah lanjut. “ Ibu kan pasti punya uang tabungan…!!! Cetus Lilis sambil membalikan badannya menuju kamar tidurnya. Ibu pun hanya bisa menggelengkan kepala sambil menarik nafas melihat putri semata wayangnya marah. ibu pun masuk kamarnya sendiri, sambil menatap foto alamarhum suaminya, air mata ibupun tak terbendungkan membasahi pipinya. Malam itu pula akhirnya bu Suratmi membicarakan hal ini pada adiknya yaitu pak Supardi yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang kelontongan di sebuah pasar di sudut desa itu. Setelah mendengar cerita bu Suratmi, akhirnya pak Supardi berniat untuk membantu bu Suratmi guna membantu membiayai anankya yang sangat ingin kuliah itu. Keesokan harinya ibu Suratmipun memembicarakan hal itu pada putrinya. “ Nak benar kamu pengen kuliah..?? Tanya ibu ke Lilis yang masih memasang wajah marahnya itu. “ Iya lah bu, aku kan udah bilang dari kemarin, masa ibu tidak dengar..!!! cetus lilis dengan nada tinggi. “ Ya Allah Naak.. iya ibu mengerti keinginanmu” jawab ibu sambil mengelus dada. “ iya kamu boleh kuliah, ibu sudah sediakan uang untuk biaya kamu kuliah nanti” “ Bener Bu,,,????? Tanya Lilis sambil memegang tangan ibunya. “ Iya bener nak, kamu boleh kuliah” tegas ibu sambil tersenyum. “ Asyiiik……. Makasih ya ibuku tersayang, ibu memang baik deh”. Ucap Lilis dengan wajah ceria dan memeluk ibu. “Jadi aku bisa berangkat besok pagi bu untuk daftar kuliah ke kota..?? “Bener kamu mau secepat itu nak..?? Tanya ibu sambil terheran-heran. “ Iya bu, soalnya aku pengen cepat-cepat dapat tempat kuliah yang kualitasnya bagus” ujar Lilis pada ibu. “hmmm… ya sudah kalo gitu, asal kamu bisa jaga diri di kota nanti” akhirnya tibalah saat perpisahan itu. Dipagi hari yang agak mendung itu, di depan rumah yang terlihat tua di makan waktu, terlihat dari cat tembok yang dulu putih kini telah berubah menjadi kecoklat-coklatan dan pintunya yang terkikis di makan rayap. Lilispun mohon pamit ke ibunya. “ Bu aku mohon doanya, aku mau menuntut ilmu ke kota” ucap lilis mohon ijin pada ibu. “iya nak ibu selalu mendoakn kamu semoga kamu baik-baik saja di kota nanti, 
jangan lupa sholatnya di jaga ya nak” jaga kesehatan mu, jangan lupa sering-sering kabari ibu di desa” ujar ibu dengan suara lirih serta mata berkaca-kaca menahan rasa sedih akan di tinggalkan oleh putri semata wayangnya itu, ibu hanya bisa mendoakan mu disini, semoga cita-cita mu tercapai hingga bisa berjumpa lagi dengan ibu dirumah” Iya bu aku akan ingat pesan-pesan ibu, ibu jangan khawatir, insya Allah aku bisa jaga diri ko bu, ibu baik-baik dirumah ya”. Akhirnya lilis mencium tangan dan memeluk ibu mohon pamit, air mata pun tak tertahankan berlinang membasahi pipi Lilis, ibu pun mencoba untuk tegar walaupun air matanya berlinang bagaikan air dari bendungan yang tak bisa dihentikan, mungkin ini adalah suatu hal yang terberat dalam hidup ibu, yaitu ditinggalkan oleh putri tercintanya untuk waktu yang lama. Lilis pun melangkahkan kakinya perlahan sambil sesekali menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya kearah ibu, walau dengan mata yang masih berkaca-kaca. 


***
Hari demi hari terus berganti tanpa henti meninggalkan sebuah memory yang tak pasti, bulan demi bulanpun terus berjalan tanpa bosan. Akhirnya tak terasa sudah tiga tahun Lilis meninggalkan kampung halamannya dan seorang ibu yang selalu merindukannya. Tiga tahun itu pula Lilis tak jumpa dengan ibunya, bahkan jarang mengirimkan surat ke ibunya. Karena saking asyiknya dengan aktivitas di kota. Sekarang Lilis sudah bisa mencari uang sendiri, selain kuliah dia juga bekerja sampingan menjadi soerang karyawati sebuah mini market di kota itu. Akhirnya pak Leknya yang dikampung mengirimkan sebuah surat untuknya.
Teruntuk Nduk Lilis di tempat. Nduk ibu merindukan mu, pulanglah sejenak untuk melepaskan rasa rindu ibumu ini. Dia sering menanyakan kabarmu, sekarang ibumu sering sakit-sakitan. Jadi Pak Lek harap kamu bisa pulang. Dari Pak Lek Supardi. 
Setelah membaca surat itu, Lilis pun lalu mengirimkan balasan surat itu yang isinya: 
Teruntuk Ibu dirumah. Bu aku disini baik-baik saja, aku juga rindu sama ibu, tapi aku belum bisa pulang sekarang. Soalnya aku masih sibuk dengan kerjaan serta kuliah ku bu, jadi nanti kalau ada waktu libur aku akan pulang bu. Ibu jaga kesehatan ya. Dari Putrimu Lilis.
***
Satu bulan sudah surat balasannya dikirim, Akhirnya suatu saat tiba-tiba Lilis melamun teringat pada ibunya. “Rasanya aku ingin pulang kerumah menengok ibu yang kelihatanya sudah renta, aku rindu padanya, aku juga ingin minta maaf karena aku menyadari sekarang bahwa aku sudah banyak salah sama ibu, dulu aku pernah bentak dan sekarang aku meninggalkan dia dirumah seorang diri. Sungguh dosanya diriku ini, pokoknya aku harus pulang sekarang” berkata Lilis sambil merenung. 
Akhirnya Lilis pulang ke kampung halamannya, setelah tiga tahun lebih meninggalkan ibunya di rumah. Disepanjang perjalanan hati Lilis selalu dihantui rasa gelisah dan penyesalan, sambil membayangkan wajah ibunya yang tiga tahun lalu pernah dibuatnya menangis. Setelah kurang lebih 24 jam di perjalanan, akhirnya sampailah Lilis di depan rumahnya, tampak terlihat kusam dan sepi rumah itu, rumah dimana ia di lahirkan dan dibesarkan oleh almarhum ayahnya dan seorang ibu yang penuh kesabaran dan kegigihan dalam membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Pintu dan jendela rumah nya tertutup rapat. Dengan hati bertanya-tanya Lilispun mengetuk pintunya sambil memanggil-manggil ibu. “ Assalamualaikum.. ibu…ibu….!!! Berkali-kali ia memanggil. Namun tetap tak ada suara dari dalam rumah. Tiba-tiba menghampiri bu Retno yang rumahnya bertetanggaan lalu menyapa nya. “ Eh nduk Lilis, kapan pulang..? Tanya bu Retno ringan. “ iya bu, lilies baru aja sampe, ko rumah lilies kosong ya bu..? emang ibu lagi kemana bu? Lho emang kamu belum tau nduk..? tau apa bu..? sambil terheran-heran lilis menjawab. Akhirnya bu Retno menceritakan semua kejadian selama dia tak di rumah. Dengan berat hati bu Retno mengasih tahu kalau sebulan yang lalu ibunya meninggal dunia. Seketika itu pula air mata Lilis membasahi pipi, tak ada kata yang dapat terucap dari bibir manisnya itu, dia hanya bisa menangis dan menyesali semua itu. “ yang sabar ya naak…” ucap bu Retno sambil memeluk dan mengelus kepala nya. “ Ini kunci rumah mu nak, yang sabar ya nak” kembali bu Retno menenangkan Lilis supaya tegar. “ “iya bu, terimaksih” dengan suara terbatah-batah, sambil menahan tangisnya. Akhirnya ia membuka pintu itu dan masuk rumahnya, dan melihat keadaan rumahnya tak jauh berubah seperti terakhir ia tinggalkan, akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah mesin jahit yang telah berkarat dan berselimut debu, ia kembali teringat pada ibunya yang dulu banyak menghabiskan hari-harinya di depan mesin jahit itu. Kembali air matapun mengalir tak tertahankan. Setelah di dekati ternyata terdapat sebuah amplop putih yang berisi selembar kertas, yang mana itu tulisan tangan ibu.


Untuk Putri Ibu Tercinta……
Hari ini ibu tulis surat ini untuk mu, karena ibu rindu padamu naak.. Ibu senang jika anak ibu dapat mewujudkan cita-citanya, namun ibu minta maaf karena selama ini ibu belum bisa membuat kamu bahagia.. selama ibu mendidikmu mungkin ibu belum bisa menjadi seorang ibu yang baik, tapi ibu selalu ingin melakukan yang terbaik untuk mu naak.. jikalu bapak mu masih ada, pasti dia akan membuat mu bahagia, dan pasti akan seneng melihat putrinya sudah besar. Nak….Sebenarnya ibu pengen ketemu sama kamu naak… Namun kelihatanya ibu sudah tidak kuat, mungkin beberapa saat lagi ibu akan meninggalkan kamu. Sekali lagi maafkan ibu ya naak…!! Ibu pun sudah memaafkan semua kekhilafanmu. Surat yang Pak Lek mu kirimkan mungkin tidak akan sampai ke tangan mu, karena katanya kantor pos di kecamatan kita sudah rusak dan tak ada petugasnya. Mungki suatu saat kamu akan membaca surat dari ibu ini. Yang terakhir pesan ibu “ Jangan tinggalkan shalat yang lima waktu, serta jangan lupa mengirim do’a untuk kedua orang tua mu”
Salam Rindu dari Ibumu…….. 
Setelah membaca surat itu, air mata Lilis semakin deras membasahi wajahnya yang mulai pucat, badan hingga ujung kakinya pun bergemetar hingga akhirnya tak kuasa menahan rasa sedih dan sesal itu, perlahan lututnyapun menyentuh lantai dimana dulu ia pernah memarahi ibu... suara tangisnya pun seolah-olah menyesali perbuatannya dulu ketika ibu masih ada.. “ Ibu……!!!!!! Maafkan aku bu…!!! Maafkan anak mu ini bu…..!!!! Aku telah banyak membuat ibu susah dan sedih… Aku janji aku akan selalu ingat pesan ibu.. aku sayang ibu….” Sambil bersujud di lantai Lilispun masih tersedu-sedu. []

*Mahasiswa Pendidikan Kimia 08
Fakultas Sains & Teknologi, UIN SuKa

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran

Posted by Wida Awanda on 14.58 with No comments
Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran…
“Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Tingkatkan Pendidikan Vokasional

Posted by Wida Awanda on 09.30 with No comments

Om Bob Sadino menyebutkan sistem pendidikan yang ada sekarang ini banyak menghasilkan orang-orang yang arogan yang merasa pintar, namun tidak punya keterampilan dan kompetensi melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk membuat Indonesia maju dan sejahtera.

JAKARTA, RABU- Pendidikan vokasional atau kejuruan kepada generasi muda harus diprioritaskan demi perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mampu mengoptimalkan kekayaan alam negara ini untuk kemakmuran masyarakat.

Untuk itu, pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah mesti berubah dari yang selama ini cuma bertujuan membuat peserta didik tahu juga mengajarkan kompetensi yang memang dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat dan dunia kerja.

"Pendidikan di sekolah itu bukan segala-galanya sebagai faktor sukses dalam kehidupan. Perlu dipahami juga bahwa pendidikan itu jangan dimaknai secara sempit dengan belajar di sekolah saja. Ini bukan berarti kita antisekolah. Tetapi yang harus dipikirkan bersama adalah sekolah seperti apa dan bagaimana yang mampu menghasilkan orang-orang yang tahu dan bisa sehingga sistem pendidikan kita justru tidak semakin menambah jumlah pengangguran terdidik," kata pengusaha Bob Sadino di Jakarta, Rabu (27/8).

Menurut Bob yang menaruh perhatian pada pengembangan pendidikan kejuruan, spirit pendidikan yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan itu sudah tercermin dalam sekolah menengah kejuruan atau SMK. Pengembangan SMK tidak semata-mata berhenti menghasilkan tenaga kerja siap terampil yang memang dibutuhkan negara ini.

Dengan bekal keterampilan yang didapat dari pengalaman-pengalaman bersentuhan dengan kehidupan di luar dinding kelas kepada peserta didik, mereka nantinya harus mampu menjadi wirausahawan dan profesional yang dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Bob menyebutkan sistem pendidikan yang ada sekarang ini banyak menghasilkan orang-orang yang arogan yang merasa pintar, namun tidak punya keterampilan dan kompetensi melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk membuat Indonesia maju dan sejahtera.

"Coba lihat, berapa banyak ahli dan sarjana pertanian di negara agraris ini yang justru jadi pengangguran. Ini karena mereka tidak bisa bagaimana mengerjakan pertanian itu karena sudah merasa cukup puas dengan teori-teori saja," kata Bob yang mendukung pengembangan kualitas pendidikan kejuruan lewat Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia (FP3KI).

Seperti terungkap dalam Laporan Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2008 Organisasi Buruh Internasional (ILO), sebanyak 4.516.100 dari 9.427.600 orang yang masuk kategori pengangguran terbuka Februari 2008 adalah lulusan SMA, SMK, program diploma, dan universitas.

Sementara itu, pengembangan SMK yang dilakukan Deparetemen Pendidikan Nasional terus ditingkatkan menjadi SMK bertaraf internasional. Untuk itu, investasi yang dikeluarkan jauh lebih besar, apalagi untuk sekolah kejuruan yang membutuhkan banyak praktik.

Oleh: Misbahul Arifin*

*Sahabatku Kuliah Pendidikan Kimia 2008 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 

 

ini ceritaku, kalau ceritamu....

Pengalaman saya 2 Bulan Di TM Jetis,

Waktu berlalu begitu cepat jika kita menikmatinya. Kata-kata ini saya kutip dari Ibu Dian Noviar, DPL Koordinator PLP saya saat memberikan sambutan penarikan mahasiswa PLP dari SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA (biasa disingkat TM jangan STMJ). 2 bulan ini  memang  berlalu begitu cepat, saya tak tahu apakah ini karena saya menikmati PLP ini? Entahlah, namun yang pasti aku sadar PLP ini semakin mendewasakanku. Ya, mendewasakan tak hanya dari skill mengajar namun juga dari aspek mental . PLP mengajarkan saya bagaimana bangun Subuh, Mandi disaat air masih dingin-dinginya. Meninggalkan kos disaat teman kos masih asik dengan bantal dan guling mereka.
OK, cerita berawal ketika nasib mengharuskan saya ber-PLP di TM bersama teman PKIM, Rina (cewek paling tomboy yang pernah saya kenal seumur hidup) dan 12 teman saintek lainnya. sebagai anak rumahan, saya asing dengan nama SMA Taman Madya, ”Taman Madya?” seperti nama tempat bermain...he he. Saya pun surfey lokasi- seorang diri- 2 hari menjelang pelaksanaan PLP yang dimulai selasa. Pertama saya lihat SMA Taman Madya kesan pertama saya langsung hii...ini sekolah sepi banget, gerbangnya tertutup dan dari luar terlihat seperti rumah hantu difilm-film horor. Kemudian saya tanya seorang pejalan kaki yang lewat, ”mas, beneran ini SMA TM? ”
 ”Yo, mas bener ini SMA TM”
” kok sepi banget, mas?”
”Ya sepi lah ini kan hari minggu”
Oh iya ini kan hari minggu. Kepala saya memang kadang-kadang error apalagi kalau akan menghadapi hal baru seperti PLP ini.
Saya pun pulang dan rasa cemas ini makin besar...
Hari pertama PPL pun tiba, selasa, 4 Oktober 2011, kami ber-14 berangkat bersama dari kampus. Aku ngeboncingin Rina pake Mio-nya, awalnya dia nggak mau akau boncengin karena mungkin dia ragu kalau saya udah jago bawa motor. But, kami sampai ke Jetis dengan selamat tanpa kurang sesuatu apapun...cieeeee kayak kemana aja...kami pun uda ditunggu oleh Ibu Dian yang datang duluan ditemenin suaminya. Ok, kami diserah terimakan dan petualangan ini dimulai...
Hari kedua, Rina malah terserang cacar Air dan harus Absen 1 minggu. Saya pun seperti anak ilang aja, apalagi pak Amin, guru pamong yang akan memegang kami mau brangkat haji. Nasib saya disini jadi buram nih. tapi keburaman itu berubah ketika saya bertemu Bu Bekti yang ditunjuk menggantikan pak Amin, saya kira lebih enak pamong perempuan dari pada laki-laki. Mungkin karena jiwa ke ibuannya lebih besar. Bu Bekti bilang kalau Observasi mengajarnya di mulai minggu depan. Berarti minggu ini saya masih nyante dan benar-benar fokus mematangkan materi laju reaksi dan kesetimbangan kimia. 5 jam sehari, 6 hari dalam seminggu, saya pantengin 3 buku kelas XI yang tersedia di perpus.
Kebaya Ungu
7 November 2011, Caps ke-4 saya disekolah, adalah bertepatan dengan hari jadi kota Jogja, KBM ditiadakan, agenda upacara bendera pukul 07.45 lalu dilanjutkan dengan pemilihan ketua PPTS (OSIS-nya TM) dan pemilihan kang mas dan dek ajeng TM yang menurut saya lebih mirip dengan peragaan busana karena peserta Cuma disuruh jalan di koridor lalu dinilai juri,  seluruh civitas akademik diharuskan memakai pakean khas jogja, cowok pake beskap, cewek pake kebaya. Saya masih ingat betapa konyolnya saya saat memakai beskap warna merah dan blankon dikepala. Tapi, ditengah rasa salah tingkah saya, mata saya tertuju pada seorang gadis yang pada saat itu memakai kebaya berwarna ungu, Subhanallah...hanya itu yang bisa saya katakan (Speechless). Saya tak tahu siapa dia, Siswa kah, PLP dari UST atau USD-kah, atau guru kah?.
Senin, 10 Oktober 2011, hari ini piket pertama saya, sendirian karena rina masih sakit. Kikuk sih, harus apa nih. Piket disini lebih mirip dengan  seorang resepsionis di RS. Anda tinggal duduk lalu seorang siswa menghampiri anda, dan bilang ”mas saya sakit”, Anda jangan bilang ” sakitnya apa, tunggu antrean ya, pak dokter sedang keluar sebentar” tapi yang harus anda katakan adalah ”D’ ini kartunya, minta ijin sama guru piket, OK?”.
Lalu tugas piket yang lain adalah menunggui anak-anak mengerjakan tugas dari guru yang berhalangan masuk. Pernah saya ngasih tugas, malah diajak maen kartu. ”Bukannya saya nggak mau maen bareng bro, tapi aku nggak bisa maen remi, puas?”. Saat-saat yang paling saya rindukan saat piket adalah saat dimana siswi-siswi dari koridor lante 2 manggil-manggil namaku ”Mischa...Mischa..”. serasa jadi personil SMASH aja.
Kamis, 14 Oktober 2011, hari pertama Observasi, Rina uda brangkat, tidak terlihat kalau dia habis kena cacar air (beruntunglah mereka yang tidak berkulit putih).  Kelas XI IPA SMA TM adalah kelas yang akan kami buat untuk latihan mengajar. Itu karena Bu Bekti mengampu kelas XI dan XII IPA. Kelas XII IPA dilarang di buat PLP karena kelas XII benar-benar sudah dipersiapkan untuk ujian Nasional. Kelas XI IPA terdiri dari 15 siswa, 9 cowok dan 6 Cewek. 6 cewek itu terpecah jadi 2 genk,  yang satu lebih mirip F4 versi cewek dan dan yang satunya mirip T2. F4 ini terdiri Ar, Di, Ah dan E. Dan T2 terdiri dari Am dan De. Ar dan Di merupakan dua siswi yang paling ribut di kelas. Modus operandinya macem-macem, mulai dari lempar-lemparan tas sampai nyisir rambut!. Tapi ada yang aneh ketika saya melihat E, ingatan saya langsung tertuju pada gadis berkebaya ungu saat upacara ulang tahun jogja yang membuat saya mengucap Subhanallah, ternyata gadis berkebaya ungu itu E, siswi XI IPA, kelas yang akan jadi Obyek PLP saya! Oh god. Species tukang ribut tak hanya milik Ar dan Di, dari golongan cowok juga ada, H dan GR. Jika anda melihat H, pasti anda akan teringat pembawa acara program Kick Andy di Metro TV. Ada Species tukang Ribut, ada Species serius macem AK dan Ma, dan ada pula Species pendiem dan bahkan sangat diem...(motto hidupnya pasti diem itu emas) seperti I. But, walaupun mereka punya species yang berbeda, namun mereka terlihat sangat kompak...(gue doain semoga kalian bisa kompak terus sampai Lulus).
Ok, kembali ke Bu Bekti, pada pertemuan kali ini Bu Bekti ngasih latihan Soal laju reaksi. Soalnya tak mudah, tak sulit. Masih dalam jangkauan lah...2 kali observasi, kami pun memberanikan diri untuk tampil. Saya dapat jatah 4 kali tampil terlebih dahulu lalu dilanjutkan Rina.
Joging dan Indonesian Idol
Sabtu 22 Oktober 2011, Debut mengajar, Tidak ada awal yang mudah. Saya sadar itu. Saya pikir persiapan saya sudah sempurna. Namun, skenario berantakan gara-gara Arif (temen PLP yang biasanya brangkat bareng saya) tidak brangkat, terpaksa naik bis dilanjutkan Jalan 500 meter dari shelter ke sekolah . Seperti jogging ditengah kota pada jam sibuk brangkat kerja....ditambah pake sepatu pentopel. Lengkaplah penderitaan saya. Sampe sekolah, keringat saya bercucuran..siswa-siswa nyangkanya saya keringatan karena grogi. Hilanglah respek mereka. Setelah pelajaran, saya pun seperti peserta Indonesian Idol yang menunggu dihabisi oleh Juri. Bu Bekti habis-habisan kritik saya. Tapi, saya yakin kritik ini membangun. Sebuah bola untuk melambung keatas tidak harus langsung dilempar keatas. Tapi ada kalanya bola itu harus di banting ke bawah dulu. Bukan kah begitu pak Mario teguh pernah bilang?, super... super sekali...
Rabu, 26 November 2011, saya mendengar kalau di sebuah sekolah lain yang menjadi tempat Bu Bekti mengajar, nama saya baru jadi trending topik, katanya gaya ngajar saya aneh dan  saya jadi orang itu ngeyel. Saya tak tahu dari mana kabar ini berasal, tapi bagi yang merasa menyebarkan issue seperti ini saya terimakasih kepada anda karena sudah mempromosikan saya sebagai orang yang aneh. Aneh atau dalam bahasa inggris ”Freak” menurut saya bukan kata yang merendahkan. Menurut saya semua orang aneh dan semakin aneh seseorang dia akan semakin dikenal banyak orang. Contohnya: Briptu Norman adalah orang aneh menurut saya, gimana tidak aneh kalau seorang polisi merekam aksi lypsinc dan diunggah di Youtube, namun karena keanehannya dia sekarang dikenal banyak orang.
Namun, isu ngeyel membuat saya agak risih, saya pun merencanakan gerakan irit bicara atau menjadi cowok Cool.
Kamis, 27 November 2011, tampil kedua. Kali ini tak ada lagi keringat. Tapi saya terlalu terfokus pada hal non teknis. Saya berapa kali lupa materi dan melihat buku. Jadi deh, kritik pedas Bu Bekti kembali saya terima. Namun kali ini dengan gaya cool. Bu Bekti ngasih kritik dari A sampai Z dan saya Cuma diam. Dan ketika beliau sudah selesai bicara saya Cuma bilang, ”iya buk nanti akan saya perbaiki”. Gampang to?
Sabtu 29 November 2011, tampil ke tiga. Jika saya boleh narsis, inilah penampilan terbaik saya selama 5 kali ngajar. Saya kira semuanya berjalan lancar, padahal materinya sulit, menghitung harga Kc, tapi sudah tak persiapin dari rumah belasan contoh soal yang kutulis di kertas plano. Dan Alhamdulillah kritik Bu Bekti pun tak sebanyak biasa. Jika biasanya dari A sampai Z, kali ini cukup A sampai D. Bu Bekti pun mengizinkan Dosen untuk menilai saya di pertemuan selanjutnya. Saya pun menelepon Pak Didik selaku DPL saya. Dan beliau pun berjanji akan datang.
Kamis, 3 Desember 2011, pukul 09.30: Pak Didik datang, 30 menit sebelum acara dimulai, DPL yang patut ditiru. Datang sendiri, tidak dijemput, pulang sendiri, tidak dianter. Kami pun ngobrol-ngobrol dulu. Sebagai dosen yang masih muda, Pak Didik emang enak diajak ngobrol.  Topiknya dari masalah PLP hingga masalah ekonomi, sosial, politik dan olahraga.
Pukul 10.15: sebelumnya saya membayangkan penilaian adalah sebuah hal yang sangat serius dimana akan ada dua orang (guru pamong dan DPL) yang mantengin anda ngajar dan mencari setiap kesalahan yang anda buat. Tapi ternyata....dua orang tersebut malah ngobrol-ngobrol  dari awal pelajaran sampai saya menutup pelajaran. Saya tidak tahu apa yang diobrolin, tapi jika menilik obrolan saya dengan pak didik sebelumnya, mungkin topiknya juga sama, PLP hingga ekonomi, sosial, politik dan olahraga.
Pukul 11.45: OK, pelajaran selesai, dan pak didik pun tampaknya buru-buru balik ke kampus, saya pun nganterin sampai parkiran. Lega rasanya. Akhirnya penilaian selesai. Tapi ada sesuatu yang kurang rasanya, itu karena D’E (gadis berkebaya ungu itu) tidak datang tadi. Sesuatu yang membuat penampilan mengajar saya kurang maksimal dan seperti reaksi kimia yang butuh katalis. Ya bagiku dia memang katalis. Dia Sadar atau tidak sadar. Dia tahu atau tidak. Memang dialah katalis yang hilang tadi. Atau tak tahu kenapa dia tak berangkat, katanya sih sedang adalah masalah sama gengnya tapi entahlah, itu masalah cewek SMA.
Setelah pertemuan ke 4 itu, Permintaan menjadi teman di Fb saya menjadi meningkat,  ada lonjakan 20 hingga 30%. (ah, kayak lonjakan arus mudik aja). Itu karena dipertemuan terakhir itu aku baru berkenalan dan ”membuka jati diri” saya kepada mereka. ”ini alamat Fb gue, oh ya, gue punya pacar 1, cewek gue cantik banget, lembut banget, namanya....Bambang. Just Kidding guys, gue masih single” . mereka pun sontak tertawa. Senang rasanya bisa membuat anak-anak ini tertawa. Kayaknya dari 6 cewek di kelas XI IPA itu Cuma D’ E yang nggak nge-add fb-ku. Terpaksa deh, aku yang nge-add dia. Kebetulan foto profil D’ E saat itu sedang pake kebaya warna ungu pas ulang tahun jogja itu. Saya pun sekali lagi mengucap, ”Subhanalllah”. Tidak banyak informasi yang bisa kudapat dari Fb-nya. Semakin misterius saja si E ini.
4 kali pertemuan sudah selesai. Tapi masih ada bebarapa hal yang harus dikerjakan, diantaranya adalah membuat soal ulangan untuk evaluasi hasil pembelajaran dan mengurus Lab.
Kamis, 10 November 2011, Di momen hari pahlawan itu, saya memberikan ulangan. Jiwa guru saya berharap anak-anak bisa mengerjakan soal yang memang sengaja tak racik dengan kategori mudah. Tapi kenyataannya. 15 menit pertama terlihat kertas mereka masih kosong. Waduh, jiwa guru saya pun terpanggil untuk menyelamatkan mereka dan juga menyelamatkan muka saya sendiri. Kebetulan Bu Bekti pun lebih memilih di kantor guru dari pada ikut ke kelas. Tak kasih mereka ”petunjuk-petunjuk”. Curang memang. Tapi setidaknya di hari pahlawan itu saya menjadi pahlawan untuk diri saya sendiri.
Setelah itu, Hari-hari saya disekolah Cuma diisi dengan ngurus (membersihkan, mendata bahan dan alat kimia, dll.) lab baru (yang awalnya sebelum kami datang, kotornya naudzubillah), membantu rina mempersiapkan bahan ngajarnya, dan nongkrong di tempat piket. Ya, nongkrong di tempat piket lalu ada siswi-siswi manggil nama gue, ”Mischa...”, atau ”mas dapet salam dari ini, itu”. Tapi bukan itu sebenarnya yang gue tunggu, sebenarnya gue lebih menunggu D’E muncul dan menunjukkan senyumnya dari koridor lante 2. Ya, itulah definisi katalis menurut saya. Senyuman itu membuat saya tak pernah merasa rugi berangkat ke sekolah walaupun sudah tidak ada kerjaan.
Senin berganti selasa. 20 berganti 21. dan akhirnya November berganti Desember. Desember adalah bulan penutup dari suatu tahun. Dan di Desember juga cerita ini terpaksa harus ditutup.
8 Desember 2011, saya bukan orang yang menyukai kata perpisahan, tapi kata itu menjadi kata yang paling sering saya dengar di bulan ini. Bu Bekti hari ini janjian ketemuan dengan saya dan rina untuk memeriksa laporan akhir PLP kami. Tapi ternyata hari itu menjadi hari terakhir Bu Bekti ke TM Jetis. Bu Bekti adalah guru pengganti pak Amin yang telah kembali dari ibadah haji dan beliau juga cuma diminta untuk mengajar sampai awal Desember. Mata saya berkaca-kaca (bukannya sok cengeng). Mungkin banyak gosip yang beredar kalau saya dan Bu Bekti sering berbeda pendapat, namun percayalah, saya merasa berhutang banyak pada beliau karena beliau telah banyak memberi pelajaran pada saya. Ku cium tangan beliau, tak peduli berapa nilai yang akan diberikan beliau padaku. Mungkin perasaan ini sama dengan perasaan David Beckham dan Cristiano Ronaldo ketika meninggalkan MU, mereka dengan Fergie dikabarkan tak rukun, namun setelah mereka keluar, mereka mengaku rindu suasana dilatih Fergie.
10 desember 2011, Sabtu berasal dari bahasa arab sab’atun yang artinya tujuh. Sabtu merupakan hari ketujuh (terakhir dalam 1 minggu) dalam suatu minggu jika kita berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan dunia dan mengawali segalanya pada hari Ahad. Sabtu 10 Desember merupakan hari terakhir kami ber-PLP di sekolah ini. Segalanya telah dipersiapkan mulai dari konsumsi hingga kenang-kenangan buat sekolah dan guru pamong. Ya, Kenang-kenangan. Perpisahan tak akan lengkap tanpa kenang-kenangan. Dan berbicara tentang kenang-kenangan, gue harus ngasih sesuatu pada D’E. Apa kenang-kenangan yang saya berikan? Anda tak perlu tahu. yang penting spesial buat gue. Kuserahkan kenang-kenangan itu didepan temen-temennya yang nyorakin “ciee-ciee”.
Acara penarikannya pun berlangsung mengharu biru. Kami berjabat tangan dan foto-foto dengan Kepsek, waka kurikulum dan  beberapa guru yang lain. Tak lupa kami pun mengucapkan salam perpisahan kepada siswa-siswi taman madya yang dalam 2 bulan ini telah menjadi rekan kerja sama yang baik. Saya juga berpamitan kepada Bunda Hemi, ibu penjaga perpus yang telah menjadi tempat curhat saya selama PLP.
Last but not the least, saya tidak akan melupakan dua bulan tersebut. 2 bulan dengan segala suka duka-nya. Hari-hari menunggu senyuman dari koridor atas. Hari-hari jogging dengan pentopel. Hari-hari menerima kritik dari guru pamong. Semuanya akan mendewasakan saya.


Itu ceritaku, kalau ceritamu..........


Yogyakarta, 11 Desember 2011

Kongkow itu Menyehatkan (X Code Series)

Posted by Wida Awanda on 02.08 with No comments
"Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya,
Begadang boleh saja kalau ada perlunya,
Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya,
Begadang boleh saja kalau ada perlunya,"

Sepenggal lirik lagu sang raja dangdut Bang Haji Rhoma Irama itu mengingatkan kepada kita semua bahwa jangan kita menghabiskan waktu malam hari hanya dengan begadang. Kita sering menganggap bahwa begadang itu tidak baik untuk kesehatan, namun dalam lirik diatas disebutkan bahwa "begadang boleh jika ada perlunya". So, malam ini (1 Maret 2013) saya begadang untuk yang kesekian kali bersama teman-teman yang sering kongkow bareng. Ya, disini saya menggunakan istilah kongkow agar terkesan santai dan tidak serius, hehe. Malam ini bertepatan dengan moment yang sangat bersejarah untuk Kota Istimewa di Indonesia sebut saja Jogjakarta. Kita kongkow bareng disebuah tempat yang biasa digunakan untuk kongkow oleh kaum penikmat angin malam Jogja di X Code (Kali Code). Tidak ada acara yang serius dalam kongkow ini, hanya have fun tujuan kita, ya, sekedar melepaskan jenuh, bosen, penat, suntuk, wa akhwatuha yang menyelimuti kita, hehe. Ngocok kartu poker, ngopi, ngeteh, ngemie, ngeroti bakar, ngenasi goreng, ngerokok, ngakak, ngefoto, dan nge-nge yang lain kita lakukan. Malam semakin larut, jam pun seraya memberi peringatan bahwa waktu telah menunjukan tengah malam, dan hembusan angin malam pun semakin dingin, seketika itu ingat lagu bang Haji Rhoma Irama;

"Kalau terlalu banyak bergadang, muka pucat karena darah berkurang,
Bila sering terkena angin malam, segala penyakit akan mudah datang,
Darilah itu, sayangi badan, jangan begadang setiap malam."


Gak tau kebetulan ataukah disengaja karena ingat lagu bang Haji itu, salah satu teman mengajak pulang untuk mengakhiri kegiatan kongkow ini. Meskipun belum klimaks acara kongkow, akhirnya kita memutuskan untuk pulang ke kandang masing-masing. Ya, inilah kongkow yang menyehatkan, kita tidak begadang, hanya kongkow malam hari untuk melepaskan kejenuhan, efek dari hilangnya jenuh adalah semangat kita bangkit untuk mengerjakan tugas-tugas yang menunggu untuk dibelai. Sebenarnya, kongkow yang baik itu kita mengerti waktu dan sesuai dengan porsinya, jika kebutuhan kita untuk have fun sudah tercapai ya sudah, jangan diteruskan, karena have fun itu dapat menyebabkan ketagihan dan lupa waktu akhirnya darah kita berkurang karena banyak nyamuk yang berkeliaran di malam hari, dan jika darah kita berkurang kita akan mudah terkena penyakit, biasanya demam berdarah dengue (DBD) karena akibat nyamuk mencuri darah kita, coba kalau nyamuk minta izin dulu untuk meminta darah kita, kira-kira kalian ngizinin gak? hehe.

Itu dulu sekelumint cerita malam ini, salam have fun ^_^