*Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda --- Selamat datang di blog resmi Wida Awanda*

Oleh: Misbahul Arifin*

*Sahabatku Kuliah Pendidikan Kimia 2008 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 

 

ini ceritaku, kalau ceritamu....

Pengalaman saya 2 Bulan Di TM Jetis,

Waktu berlalu begitu cepat jika kita menikmatinya. Kata-kata ini saya kutip dari Ibu Dian Noviar, DPL Koordinator PLP saya saat memberikan sambutan penarikan mahasiswa PLP dari SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA (biasa disingkat TM jangan STMJ). 2 bulan ini  memang  berlalu begitu cepat, saya tak tahu apakah ini karena saya menikmati PLP ini? Entahlah, namun yang pasti aku sadar PLP ini semakin mendewasakanku. Ya, mendewasakan tak hanya dari skill mengajar namun juga dari aspek mental . PLP mengajarkan saya bagaimana bangun Subuh, Mandi disaat air masih dingin-dinginya. Meninggalkan kos disaat teman kos masih asik dengan bantal dan guling mereka.
OK, cerita berawal ketika nasib mengharuskan saya ber-PLP di TM bersama teman PKIM, Rina (cewek paling tomboy yang pernah saya kenal seumur hidup) dan 12 teman saintek lainnya. sebagai anak rumahan, saya asing dengan nama SMA Taman Madya, ”Taman Madya?” seperti nama tempat bermain...he he. Saya pun surfey lokasi- seorang diri- 2 hari menjelang pelaksanaan PLP yang dimulai selasa. Pertama saya lihat SMA Taman Madya kesan pertama saya langsung hii...ini sekolah sepi banget, gerbangnya tertutup dan dari luar terlihat seperti rumah hantu difilm-film horor. Kemudian saya tanya seorang pejalan kaki yang lewat, ”mas, beneran ini SMA TM? ”
 ”Yo, mas bener ini SMA TM”
” kok sepi banget, mas?”
”Ya sepi lah ini kan hari minggu”
Oh iya ini kan hari minggu. Kepala saya memang kadang-kadang error apalagi kalau akan menghadapi hal baru seperti PLP ini.
Saya pun pulang dan rasa cemas ini makin besar...
Hari pertama PPL pun tiba, selasa, 4 Oktober 2011, kami ber-14 berangkat bersama dari kampus. Aku ngeboncingin Rina pake Mio-nya, awalnya dia nggak mau akau boncengin karena mungkin dia ragu kalau saya udah jago bawa motor. But, kami sampai ke Jetis dengan selamat tanpa kurang sesuatu apapun...cieeeee kayak kemana aja...kami pun uda ditunggu oleh Ibu Dian yang datang duluan ditemenin suaminya. Ok, kami diserah terimakan dan petualangan ini dimulai...
Hari kedua, Rina malah terserang cacar Air dan harus Absen 1 minggu. Saya pun seperti anak ilang aja, apalagi pak Amin, guru pamong yang akan memegang kami mau brangkat haji. Nasib saya disini jadi buram nih. tapi keburaman itu berubah ketika saya bertemu Bu Bekti yang ditunjuk menggantikan pak Amin, saya kira lebih enak pamong perempuan dari pada laki-laki. Mungkin karena jiwa ke ibuannya lebih besar. Bu Bekti bilang kalau Observasi mengajarnya di mulai minggu depan. Berarti minggu ini saya masih nyante dan benar-benar fokus mematangkan materi laju reaksi dan kesetimbangan kimia. 5 jam sehari, 6 hari dalam seminggu, saya pantengin 3 buku kelas XI yang tersedia di perpus.
Kebaya Ungu
7 November 2011, Caps ke-4 saya disekolah, adalah bertepatan dengan hari jadi kota Jogja, KBM ditiadakan, agenda upacara bendera pukul 07.45 lalu dilanjutkan dengan pemilihan ketua PPTS (OSIS-nya TM) dan pemilihan kang mas dan dek ajeng TM yang menurut saya lebih mirip dengan peragaan busana karena peserta Cuma disuruh jalan di koridor lalu dinilai juri,  seluruh civitas akademik diharuskan memakai pakean khas jogja, cowok pake beskap, cewek pake kebaya. Saya masih ingat betapa konyolnya saya saat memakai beskap warna merah dan blankon dikepala. Tapi, ditengah rasa salah tingkah saya, mata saya tertuju pada seorang gadis yang pada saat itu memakai kebaya berwarna ungu, Subhanallah...hanya itu yang bisa saya katakan (Speechless). Saya tak tahu siapa dia, Siswa kah, PLP dari UST atau USD-kah, atau guru kah?.
Senin, 10 Oktober 2011, hari ini piket pertama saya, sendirian karena rina masih sakit. Kikuk sih, harus apa nih. Piket disini lebih mirip dengan  seorang resepsionis di RS. Anda tinggal duduk lalu seorang siswa menghampiri anda, dan bilang ”mas saya sakit”, Anda jangan bilang ” sakitnya apa, tunggu antrean ya, pak dokter sedang keluar sebentar” tapi yang harus anda katakan adalah ”D’ ini kartunya, minta ijin sama guru piket, OK?”.
Lalu tugas piket yang lain adalah menunggui anak-anak mengerjakan tugas dari guru yang berhalangan masuk. Pernah saya ngasih tugas, malah diajak maen kartu. ”Bukannya saya nggak mau maen bareng bro, tapi aku nggak bisa maen remi, puas?”. Saat-saat yang paling saya rindukan saat piket adalah saat dimana siswi-siswi dari koridor lante 2 manggil-manggil namaku ”Mischa...Mischa..”. serasa jadi personil SMASH aja.
Kamis, 14 Oktober 2011, hari pertama Observasi, Rina uda brangkat, tidak terlihat kalau dia habis kena cacar air (beruntunglah mereka yang tidak berkulit putih).  Kelas XI IPA SMA TM adalah kelas yang akan kami buat untuk latihan mengajar. Itu karena Bu Bekti mengampu kelas XI dan XII IPA. Kelas XII IPA dilarang di buat PLP karena kelas XII benar-benar sudah dipersiapkan untuk ujian Nasional. Kelas XI IPA terdiri dari 15 siswa, 9 cowok dan 6 Cewek. 6 cewek itu terpecah jadi 2 genk,  yang satu lebih mirip F4 versi cewek dan dan yang satunya mirip T2. F4 ini terdiri Ar, Di, Ah dan E. Dan T2 terdiri dari Am dan De. Ar dan Di merupakan dua siswi yang paling ribut di kelas. Modus operandinya macem-macem, mulai dari lempar-lemparan tas sampai nyisir rambut!. Tapi ada yang aneh ketika saya melihat E, ingatan saya langsung tertuju pada gadis berkebaya ungu saat upacara ulang tahun jogja yang membuat saya mengucap Subhanallah, ternyata gadis berkebaya ungu itu E, siswi XI IPA, kelas yang akan jadi Obyek PLP saya! Oh god. Species tukang ribut tak hanya milik Ar dan Di, dari golongan cowok juga ada, H dan GR. Jika anda melihat H, pasti anda akan teringat pembawa acara program Kick Andy di Metro TV. Ada Species tukang Ribut, ada Species serius macem AK dan Ma, dan ada pula Species pendiem dan bahkan sangat diem...(motto hidupnya pasti diem itu emas) seperti I. But, walaupun mereka punya species yang berbeda, namun mereka terlihat sangat kompak...(gue doain semoga kalian bisa kompak terus sampai Lulus).
Ok, kembali ke Bu Bekti, pada pertemuan kali ini Bu Bekti ngasih latihan Soal laju reaksi. Soalnya tak mudah, tak sulit. Masih dalam jangkauan lah...2 kali observasi, kami pun memberanikan diri untuk tampil. Saya dapat jatah 4 kali tampil terlebih dahulu lalu dilanjutkan Rina.
Joging dan Indonesian Idol
Sabtu 22 Oktober 2011, Debut mengajar, Tidak ada awal yang mudah. Saya sadar itu. Saya pikir persiapan saya sudah sempurna. Namun, skenario berantakan gara-gara Arif (temen PLP yang biasanya brangkat bareng saya) tidak brangkat, terpaksa naik bis dilanjutkan Jalan 500 meter dari shelter ke sekolah . Seperti jogging ditengah kota pada jam sibuk brangkat kerja....ditambah pake sepatu pentopel. Lengkaplah penderitaan saya. Sampe sekolah, keringat saya bercucuran..siswa-siswa nyangkanya saya keringatan karena grogi. Hilanglah respek mereka. Setelah pelajaran, saya pun seperti peserta Indonesian Idol yang menunggu dihabisi oleh Juri. Bu Bekti habis-habisan kritik saya. Tapi, saya yakin kritik ini membangun. Sebuah bola untuk melambung keatas tidak harus langsung dilempar keatas. Tapi ada kalanya bola itu harus di banting ke bawah dulu. Bukan kah begitu pak Mario teguh pernah bilang?, super... super sekali...
Rabu, 26 November 2011, saya mendengar kalau di sebuah sekolah lain yang menjadi tempat Bu Bekti mengajar, nama saya baru jadi trending topik, katanya gaya ngajar saya aneh dan  saya jadi orang itu ngeyel. Saya tak tahu dari mana kabar ini berasal, tapi bagi yang merasa menyebarkan issue seperti ini saya terimakasih kepada anda karena sudah mempromosikan saya sebagai orang yang aneh. Aneh atau dalam bahasa inggris ”Freak” menurut saya bukan kata yang merendahkan. Menurut saya semua orang aneh dan semakin aneh seseorang dia akan semakin dikenal banyak orang. Contohnya: Briptu Norman adalah orang aneh menurut saya, gimana tidak aneh kalau seorang polisi merekam aksi lypsinc dan diunggah di Youtube, namun karena keanehannya dia sekarang dikenal banyak orang.
Namun, isu ngeyel membuat saya agak risih, saya pun merencanakan gerakan irit bicara atau menjadi cowok Cool.
Kamis, 27 November 2011, tampil kedua. Kali ini tak ada lagi keringat. Tapi saya terlalu terfokus pada hal non teknis. Saya berapa kali lupa materi dan melihat buku. Jadi deh, kritik pedas Bu Bekti kembali saya terima. Namun kali ini dengan gaya cool. Bu Bekti ngasih kritik dari A sampai Z dan saya Cuma diam. Dan ketika beliau sudah selesai bicara saya Cuma bilang, ”iya buk nanti akan saya perbaiki”. Gampang to?
Sabtu 29 November 2011, tampil ke tiga. Jika saya boleh narsis, inilah penampilan terbaik saya selama 5 kali ngajar. Saya kira semuanya berjalan lancar, padahal materinya sulit, menghitung harga Kc, tapi sudah tak persiapin dari rumah belasan contoh soal yang kutulis di kertas plano. Dan Alhamdulillah kritik Bu Bekti pun tak sebanyak biasa. Jika biasanya dari A sampai Z, kali ini cukup A sampai D. Bu Bekti pun mengizinkan Dosen untuk menilai saya di pertemuan selanjutnya. Saya pun menelepon Pak Didik selaku DPL saya. Dan beliau pun berjanji akan datang.
Kamis, 3 Desember 2011, pukul 09.30: Pak Didik datang, 30 menit sebelum acara dimulai, DPL yang patut ditiru. Datang sendiri, tidak dijemput, pulang sendiri, tidak dianter. Kami pun ngobrol-ngobrol dulu. Sebagai dosen yang masih muda, Pak Didik emang enak diajak ngobrol.  Topiknya dari masalah PLP hingga masalah ekonomi, sosial, politik dan olahraga.
Pukul 10.15: sebelumnya saya membayangkan penilaian adalah sebuah hal yang sangat serius dimana akan ada dua orang (guru pamong dan DPL) yang mantengin anda ngajar dan mencari setiap kesalahan yang anda buat. Tapi ternyata....dua orang tersebut malah ngobrol-ngobrol  dari awal pelajaran sampai saya menutup pelajaran. Saya tidak tahu apa yang diobrolin, tapi jika menilik obrolan saya dengan pak didik sebelumnya, mungkin topiknya juga sama, PLP hingga ekonomi, sosial, politik dan olahraga.
Pukul 11.45: OK, pelajaran selesai, dan pak didik pun tampaknya buru-buru balik ke kampus, saya pun nganterin sampai parkiran. Lega rasanya. Akhirnya penilaian selesai. Tapi ada sesuatu yang kurang rasanya, itu karena D’E (gadis berkebaya ungu itu) tidak datang tadi. Sesuatu yang membuat penampilan mengajar saya kurang maksimal dan seperti reaksi kimia yang butuh katalis. Ya bagiku dia memang katalis. Dia Sadar atau tidak sadar. Dia tahu atau tidak. Memang dialah katalis yang hilang tadi. Atau tak tahu kenapa dia tak berangkat, katanya sih sedang adalah masalah sama gengnya tapi entahlah, itu masalah cewek SMA.
Setelah pertemuan ke 4 itu, Permintaan menjadi teman di Fb saya menjadi meningkat,  ada lonjakan 20 hingga 30%. (ah, kayak lonjakan arus mudik aja). Itu karena dipertemuan terakhir itu aku baru berkenalan dan ”membuka jati diri” saya kepada mereka. ”ini alamat Fb gue, oh ya, gue punya pacar 1, cewek gue cantik banget, lembut banget, namanya....Bambang. Just Kidding guys, gue masih single” . mereka pun sontak tertawa. Senang rasanya bisa membuat anak-anak ini tertawa. Kayaknya dari 6 cewek di kelas XI IPA itu Cuma D’ E yang nggak nge-add fb-ku. Terpaksa deh, aku yang nge-add dia. Kebetulan foto profil D’ E saat itu sedang pake kebaya warna ungu pas ulang tahun jogja itu. Saya pun sekali lagi mengucap, ”Subhanalllah”. Tidak banyak informasi yang bisa kudapat dari Fb-nya. Semakin misterius saja si E ini.
4 kali pertemuan sudah selesai. Tapi masih ada bebarapa hal yang harus dikerjakan, diantaranya adalah membuat soal ulangan untuk evaluasi hasil pembelajaran dan mengurus Lab.
Kamis, 10 November 2011, Di momen hari pahlawan itu, saya memberikan ulangan. Jiwa guru saya berharap anak-anak bisa mengerjakan soal yang memang sengaja tak racik dengan kategori mudah. Tapi kenyataannya. 15 menit pertama terlihat kertas mereka masih kosong. Waduh, jiwa guru saya pun terpanggil untuk menyelamatkan mereka dan juga menyelamatkan muka saya sendiri. Kebetulan Bu Bekti pun lebih memilih di kantor guru dari pada ikut ke kelas. Tak kasih mereka ”petunjuk-petunjuk”. Curang memang. Tapi setidaknya di hari pahlawan itu saya menjadi pahlawan untuk diri saya sendiri.
Setelah itu, Hari-hari saya disekolah Cuma diisi dengan ngurus (membersihkan, mendata bahan dan alat kimia, dll.) lab baru (yang awalnya sebelum kami datang, kotornya naudzubillah), membantu rina mempersiapkan bahan ngajarnya, dan nongkrong di tempat piket. Ya, nongkrong di tempat piket lalu ada siswi-siswi manggil nama gue, ”Mischa...”, atau ”mas dapet salam dari ini, itu”. Tapi bukan itu sebenarnya yang gue tunggu, sebenarnya gue lebih menunggu D’E muncul dan menunjukkan senyumnya dari koridor lante 2. Ya, itulah definisi katalis menurut saya. Senyuman itu membuat saya tak pernah merasa rugi berangkat ke sekolah walaupun sudah tidak ada kerjaan.
Senin berganti selasa. 20 berganti 21. dan akhirnya November berganti Desember. Desember adalah bulan penutup dari suatu tahun. Dan di Desember juga cerita ini terpaksa harus ditutup.
8 Desember 2011, saya bukan orang yang menyukai kata perpisahan, tapi kata itu menjadi kata yang paling sering saya dengar di bulan ini. Bu Bekti hari ini janjian ketemuan dengan saya dan rina untuk memeriksa laporan akhir PLP kami. Tapi ternyata hari itu menjadi hari terakhir Bu Bekti ke TM Jetis. Bu Bekti adalah guru pengganti pak Amin yang telah kembali dari ibadah haji dan beliau juga cuma diminta untuk mengajar sampai awal Desember. Mata saya berkaca-kaca (bukannya sok cengeng). Mungkin banyak gosip yang beredar kalau saya dan Bu Bekti sering berbeda pendapat, namun percayalah, saya merasa berhutang banyak pada beliau karena beliau telah banyak memberi pelajaran pada saya. Ku cium tangan beliau, tak peduli berapa nilai yang akan diberikan beliau padaku. Mungkin perasaan ini sama dengan perasaan David Beckham dan Cristiano Ronaldo ketika meninggalkan MU, mereka dengan Fergie dikabarkan tak rukun, namun setelah mereka keluar, mereka mengaku rindu suasana dilatih Fergie.
10 desember 2011, Sabtu berasal dari bahasa arab sab’atun yang artinya tujuh. Sabtu merupakan hari ketujuh (terakhir dalam 1 minggu) dalam suatu minggu jika kita berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan dunia dan mengawali segalanya pada hari Ahad. Sabtu 10 Desember merupakan hari terakhir kami ber-PLP di sekolah ini. Segalanya telah dipersiapkan mulai dari konsumsi hingga kenang-kenangan buat sekolah dan guru pamong. Ya, Kenang-kenangan. Perpisahan tak akan lengkap tanpa kenang-kenangan. Dan berbicara tentang kenang-kenangan, gue harus ngasih sesuatu pada D’E. Apa kenang-kenangan yang saya berikan? Anda tak perlu tahu. yang penting spesial buat gue. Kuserahkan kenang-kenangan itu didepan temen-temennya yang nyorakin “ciee-ciee”.
Acara penarikannya pun berlangsung mengharu biru. Kami berjabat tangan dan foto-foto dengan Kepsek, waka kurikulum dan  beberapa guru yang lain. Tak lupa kami pun mengucapkan salam perpisahan kepada siswa-siswi taman madya yang dalam 2 bulan ini telah menjadi rekan kerja sama yang baik. Saya juga berpamitan kepada Bunda Hemi, ibu penjaga perpus yang telah menjadi tempat curhat saya selama PLP.
Last but not the least, saya tidak akan melupakan dua bulan tersebut. 2 bulan dengan segala suka duka-nya. Hari-hari menunggu senyuman dari koridor atas. Hari-hari jogging dengan pentopel. Hari-hari menerima kritik dari guru pamong. Semuanya akan mendewasakan saya.


Itu ceritaku, kalau ceritamu..........


Yogyakarta, 11 Desember 2011

2 komentar: